SELAMAT DATANG DI DESA BAKTISERAGA KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG PROPINSI BALI

Kamis, 04 Agustus 2011

Pohon Beringin Pura Desa Baktiseraga --
Teteskan Madu Pertanda Kemakmuran
SEBUAH keajaiban alam terjadi di areal Pura Desa Baktiseraga di Dusun Tista, Baktiseraga, Buleleng. Pohon beringin besar yang berusia ratusan tahun meneteskan air seperti madu yang rasanya manis. Keajaiban ini terjadi sejak dimulainya prosesi upacara piodalan di Pura Taman, Pura Pucak, dan Pura Desa yang dilaksanakan secara bersamaan pada purnama kelima, 28 Oktober lalu.
Warga menceritakan air madu itu menetes dari ujung daun, awalnya seperti gerimis, lalu lama-kelamaan seperti hujan menyirami areal pura. Air itu bahkan ada yang jatuh di atas atap bangunan pelinggih dan menggumpal seperti madu asli. "Peristiwa ini terjadi sejak digelarnya rangkaian awal piodalan," papar Made Astawa, pangliman Desa Adat Tista, sembari memperlihatkan gumpalan madu yang melekat di atap sebuah pelinggih di areal pura tersebut.
Didampingi Jro Mangku Desa, Gede Nyoman Partama, dan Jro Mangku Bencingah, Komang Sri, Made Astawa menuturkan ketika madu itu menetes saat persiapan piodalan warga belum begitu memperhatikannya. Bahkan ada yang menganggap tetesan itu berasal dari buah beringin. Namun setelah ada warga yang kodal atau kerauhan saat piodalan barulah warga menyadari tentang keanehan tersebut. "Warga sadar, namun belum berani mempercayai sepenuhnya tentang keanehan itu," katanya.
Setelah ucapan warga yang kerauhan saat piodalan itu dicocokkan dengan petunjuk dari orang pintar, barulah diyakini bahwa tetesan madu itu dipercaya sebagai keajaiban yang merupakan paica dari Ida Hyang Widi kepada warga setempat. Tetesan madu itu dipercaya sebagai sarin amerta untuk warga.
Warga kemudian melaksanakan upacara untuk mamendak paica tersebut pada Sabtu (13/11) malam. Suasana upacara mamendak itu sendiri berlangsung mencekam karena sejumlah warga mengalami kerauhan. Beberapa ada yang pingsan dan ada yang berlarian, kemudian memanjat pohon beringin dengan gampang.
Usai dipendak, paica yang diyakini diberikan oleh Hyang Betara Lingsir Pura Luhur Pulaki dalam bentuk sarin amerta (madu) itu diletakkkan pada salah satu bangunan suci di areal pura. Setelah itu warga yang hadir dalam upacara itu minta paica yang dipercikkan Jro Mangku. Sejumlah warga bahkan sengaja membawa sangku (tempat air suci) untuk minta sarin amerta yang dilengkapi helaian daun pohon beringin.(ole, Balipost online)